Alkisah, seorang lelaki bernama Abu hasan ketika sedang thawaf bertemu dengan seorang wanita yang wajahnya bersinar dan berseri-seri, padahal ia dalam keadaan duka yang sangat mendalam.
Wanita tersebut bercerita, ketika seuaminya menyembelih seekor kambing, anak laki-lakinya yang masih kecil memperhatikannya dengan seksama. Tiba-tiba saja ia memiliki ide untuk mempraktikan apa yang dilihatnya pada adiknya. Ia pun menghampiri si adik dan berkata, “Maukah aku tunjukan padamu bagaimana ayah menyembelih kambing?”. Adiknya mengiyakan serta menuruti perintah sang kakak untuk berbaring. Saat adik sedang berbaring sang kaka pun langsung menyembelih leher sang adik.
Bukan main terkejut si kakak melihat kucuran darah yang tak habis-habis dari leher si adik. Ia pun lari dan bersembunyi dibalik bukit. Namun malang, disana ia bertemu seekor serigala yangg kemudian memangsanya hingga mati.
Sang ayah yang mengetahui kejadian itu langsung mencari sang anak. Tetapi sepanjang perjalanan ia tak keunjung bertemu sang anak. Hingga akhirnya ia pun mati kehausan. Sementara sang istri atau wanita tersebut menanti kedatangan suaminya, karena tak kunjung datang ia pun memutuskan untuk mencari suaminya.
Saat mencari suami, anaknya sang bayi yang ia tinggal dirumah merangkak menuju periuk berisi air panas. Ditariknya periuk itu dan tumpahlah semua air panas menyiram sekujur tubuh mungilnya sampai kulit tubuhnya melepuh. Sang bayi pun tewas saat itu juga.
Sementara sang anak yang telah menikah dan tinggal di daerah lain, sangat shock ketika mendengar berita itu. Ia tak tahan dengan keadaan tersebut hingga akhirnya ia jatuh pingsan dan kemudian meninggal seketika. Kini wanita itu tinggal sebatang kara, semua orang yang dicintainya telah dianmbil kembali oleh Yang Kuasa.
Abu Hasan lantas bertanya, “Bagaimanakah kesabaranmu dalam menghadapi tubian musibah itu?”. Wanita itu menjawab, “Tiada seorangpun yang dapat membedakan antara sabar dan mengeluh, melainkan ia menemukan diantara keduanya ada jalan yang berbeda. Adapun sabar dengan memperbaiki yang lahir, maka hal itu baik dan terpuji akibatnya. Sedangkan mengeluh sesungguhnya ia tidak mendapat ganti apapun kecuali sia-sia belaka”.
Cerita ini seakan mengembalikan kesadaran kita, bahwa musibah bukan hanya untuk dikeluhkan, ia harus menjadi sarana untuk bersabar. Karena, musibah dan kebahagiaan sebenarnya saling beriringan.
Menghadapi musibah dengan tersenyum bukanlah hal yang mudah. Hanya mereka yang paham arti musibah yang mampu melakukannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar